Selasa, 23 September 2008

TEMPAYAN dalam kajian Keramologi









































Istilah yang umum di Indonesia “Tempayan” pada mulanya berasal dari pemakaian guci-guci besar sebagai wadah untuk membuat tapai(tapaian-tepaian-tempayan). Dan akhirnya istilah ini semakin luas diterapkan pada segala macam guci besar tempat menyimpan minyak, beras, asinan, ikan, air suci juga abu atau sisa-sisa pembakaran orang mati.

Ada beberapa catatan tentang pengangkutan tempayan berisi barang dagangan seperti minyak, beras, mentega, acar, air malahan juga air suci sungai Gangga, akan tetapi aneh bahwa catatan-catatan seperti ini jarang dijumpai dan tempayan- tempayan ini umumnya dikirim tanpa isi, hal yang sebenarnya bertentangan dengan kenyataan dengan kenyataan bahwa kemumgkinan pecah lebih kecil jika tempayan- tempayan tersebut berisi. Seperti yang telah dikemukakan Volker dalam bukunya “Porcelain and the Dutch-East India Company.

A. Teknik Pembuatan

Bagi seorang kolektor keindahan setiap martaban tergantung pada bentuk, warna dan hiasannya. Adapun teknik pembuatannya tempayan- tempayan besar yaitu dengan cara memutar di atas roda pemutaran, agaknya terdiri atas beberapa bagian yang dibuat terpisah- pisah dan kemudian disambung menjadi satu tempayan. Cara yang lain adalah dengan cara menempatkan lingkaran- lingkaran satu diatas lainnya sehingga terbentuk sebuah tempayan, tetapi cara ini kurang lazim dikerjakan.

Cetakan baru digunakan dikemudian hari. Di pabrik- pabrik di Kalimantan Barat dan Serawak, teknik pembuatan seperti cara Cina tradisionil ini masih dipakai dan hiasan-hiasannya dipasang selagi benda tersebut masih mentah. Corak hias yang berbentuk relief dicetak dan ditempel atau langsung dibentuk dengan tangan pada tempayan. Sebuah cara lain untuk membuat hiasan relief adalah dengan cara menempelkan sebuah cetakan hiasan pada dinding tempayan, lalu dari sebelah dalam tempayan dinding tersebut ditekan kedalam cetakan. Sebetulnya ini dapat dikerjakan sekaligus dengan pembuatan tempayan jika tempayan itupun dibentuk dalam cetakan. Cara hiasan yang lain adalah dengan cara menekan atau menggores pada tempayan.

Pengglasiran sebagian besar tempayan- tempayan ini mungkin dikerjakan dengan menuangkan glasir diatas bagian luar tempayan, lalu temapayan dibalik dan cepat- cepet dimasukkan dalam campuran glasir encer. Hal ini akan menyebabkan bagian dalam tempayan akan diglasir sampai batas tertentu dan juga menyebabkan pinggiran glasir berlekuk atau tidak teratur pada badan bawah luar tempayan. Sebuah cara agar pinggiran glasir teratur dan rapi pada badan bawah adalah dengan lilin lalu glasir dituangkan di atas bagian yang tidak tertutup. Lilin ini akan hancur pada waktu pembakaran. Lelehan yang ditemukan pada tempayan adalah akibat terlalu banyak glasir atau glasir yang terlalu encer. Tetapi ini rupanya menambah bagusnya rupa tempayan dan besar kemungkinan bahwa beberapa effek ini sengaja dilakukan.Sedangkan warna galsir itu sendiri pun diperoleh melalui oksidasi logam. Lazimnya oksidasi mentah berwarna lain sama sekali dengan hasil terakhir karena mengalami perubahan kimia selama proses pembakaran. Warna- warna pada tempayan umumnya yaitu biru, hijau dan berbagai warna coklat serta hitam.

Biru à diperoleh sebagai hasil oksida cobalt dipakai pada glasir alkalis. Jika dibakar pada suhu tinggi kombinasi oksida cobalt dan oksida mangan akan menghasilkan glasir berbintik- bintik dengan warna ungu, merah dan jambon.

Coklat àoksida besi dalam glasir memberikan berbagai ragam warna coklat, setiap variasi coklat ditentukan oleh banyaknya besi dan variant lainnya dalam seluruh komposisi glasir. Oksida besi memberi warna coklat karamel, coklat karat-besi, coklat jingga sampai coklat kuning.

Hijau à diperoleh dari oksida tembaga dalam glasir timah putih. Tetapi oksida tembaga pada suhu reduksi dapat menghasilkan warna merah-darah-sapi dan bukan warna biru maupun hijau.

Hitam à diperoleh dengan menggunakan konsentrasi tinggi oksida-oksida pewarna. Glasir ini tidak mengkilat dan mempunyai permukaaan seperti kristal sangat indah.

Glasir garam à Untuk macam pengglasiran seperti ini benda dipanaskan sampai suhu pematangan dimana sebagian dari silica dalam badannya menjadi seperti kaca dan cepat bereaksi dengan garam yang dibuang dalam tempat pembakaran. Air sangat penting dalam teknik pengglasiran ini dan dapat diperoleh dengan membasahi garam atau menambah air dalam atmosfir.

B. Corak – corak hiasan.

Pada tempayan banyak sekali macam hiasan. Pola ragam hias selain sebagai hiasan juga dianggap mempunyai kekuatan gaib. Tetapi yang akan dibahas tentang ragam hias ini yakni ragam hias naga, mutiara dan bentuk telinga pada tempayan tersebut.

Alam Bunga

Banyak ragam hias yang diambil dari negri Tiongkok seperti bunga- bunga Cina yang menghiasi porselin, perunggu, permadani, gading, tenunan, unsur-unsur bangunan, dan lain-lainnya.Disebabkan karena macam-macam pohon dan bunga itu mempunyai arti kiasan.

Alam Tumbuh-Tumbuhan

Pisang à Buah pohon ini disukai oleh orang Cina dan pohonnya disenangi sebagai corak hiasan. Sebagai lambang pendidikan diri.

Bunga-Bungaan Empat Musim

Bunga Krisan à merupakan bunga musim gugur yang melambangkan persahabatan kekal, kesabaran dan keramah-tamahan. Menanam bunga ini dihubungkan dengan hidup yang tenang dan pengunduran diri dari kehidupan umum.

Bunga Teratai à bunga ini hanya ada pada musim panas. Bunga ini dipakai pada hiasan porselain karena melambangkan kesuburan, kesucian dan kesempurnaan karena tubuh dengan dengan bersih meskipun berakar pada lumpur.Jika dipakai sebagai lambang kesucian ada lambang rumbai- rumbainya yang diartikan sebagai cahaya kekuatan batin.

Bunga Botan à merupakan bunga musim semi yang sering diumpamakan sebagai ratu diantara bunga sehingga melambangkan kekayaan dan kehormatan. Juga dianggap sebagai lambang kekayaan dalam kesusastraan, asmara, kasih sayang dan juga kecantikan wanita.

Bunga Jambu Belanda à hanya tumbuh dengan baik pada musim dingin. Bunga ini secara tak langsung melambangkan dirgahayu karena bunga- bunga keluar dari cabang-cabang pohon yang sudah seakan- akan mati dalam musim dingin. Juga melambangkan kecantikan.

Adapun tanaman yang tumbuh di musim dingin dan dipakai sebagai corak hias antara lain jamur, labu air, dan jenis- jenis anggrek.Sedangkan untuk alam hewan, binatang memegang peranan penting dalam perlambangan karena mempunyai berbagai makna. Seperi:

Kelelawar à lima kelelawar melambangkan lima kebahagiaan; kesehatan atau kesunyian, kekayaan atau panjang umur, kemuliaan budi dan kematian alamiah.

Lebah à lambang kerajinan dan kehematan.

Kupu-kupu à lambang panjang umur dan kesenangan.

Ayam jantan à melambangkan unsur pria “Yang” yang mecerminkan kehangatan dan api.

Naga à pada dasarnya ada 3 bentuk naga yang utama.Seperti Naga”Lung” yang mempunyai badan seperti ular bersisik, dua pasang kaki bercakar burung, kepala unta dengan mata besar dan bertanduk rusa. Sering kali juga berkumis dan berjenggot. Naga ini adalah yang paling kuat diantara semua naga dan tinggal di angkasa. Jenis naga Lung ini sering dipakai dalam corak hias tempayan.Yang kedua yakni Naga kawok yang berbadan seperti tokok tanpa sirip tetapi kakinya bercakar. Naga ini tinggal di samudra dan tidak mempunyai arti kerajaan karena itu sering ditemukan pada zaman kerajaan Han dan Sung.Ketika itu Naga Lung adalah lambang kemaharajaan. Bentuk naga yang terkhir yaitu Naga Chaio yang bersisik tapi tidak begitu agung serta tinggal di gua-gua di pegunungan atau rawa. Sering ditemukan sebagai motif pada tempayan Dayak.

Kiling à hewan gaib yang sangat terkenal dan bentuknya adalah perpaduan dari badan rusa, ekor sapi, dahi serigala, ladam kuda dan kulitnya, yang berambut dan bersisik berwarna lima.Binatang ini melambangkan kebaikan, kesempurnaan, kebesaran, kecekatan,dan kebijaksanaan.

Selain jenis hewan yang telah disebutkan diatas,binatang lain yang serin dijadikan sebagai corak hias adalah rusa, anjing fo, gajah, ikan, kodok, kelinci, kuda, singa, burung bul-bul, burung ho, ular, tupai serta harimau.

Jenis- Jenis Hiasan Lainnya

Orang Cina sangat tidak senang melihat adanya bagian-bagian yang tanpa gambar dalam seni hiasnya. Bagi mereka ini merupakan suatu ketidaksempurnaan. Ada beberapa corak yang sering ditemukan pada tempayan meskipun hiasan-hiasan pada tempayan kadang hanya berupa lingkaran pita tunggal atau ganda yang lurus atau berombak.

Pagoda à pagoda ataupun bangunan yang tumpang atapnya sering dibangun untuk menjamin keamanan bagi daerah itu.

Batu karang à lambang orang yang dapat dipercaya dan ketetapan hati.

Matahari à dianggap sebagai sumber segala yang terang benderang, dan merupakan unsur laki-laki di alam.

Topeng raksasa à ini untuk menangkis pengaruh buruk dan jahat.

Lambang lain yang biasa digunakan sebagai hiasan tempayan antara mutiara berlidah api, tangan, bulan, daun semanggi, dan pilinan awan.

C. Penentuan Umur Tempayan

Dalam menentukan umur tempayan dapatlah dilihat berdasarkan karakteristik benda tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tempayan yang berglasir lembut lebih tua daripada tempayan yang gilap.Juga bahwa hiasan mula-mula muncul dalam bentuk goresan-goresan sederhana tatahan-tatahan yang sesudahnya berkembang lebih rumit.

Hiasan gores tatahan tangan disusul oleh teknik hias tekan dan pada waktu yang sama berkembang pula teknik hiasan cetak yang mula-mula dicetak dengan tangan langsung pada badan tempayan kemudian hiasan dicetak lebih dahulu sebelum ditempel pada tempayan dan akhirnya hiasan yang dibentuk dalam cetakan tempayan itu sendiri.

Ada juga yang beranggapan bahwa telinga tempayan yang horisontal lebih tua daripada telinga vertikal dan telinga yang polos lebih tua daripada telinga yang dihias.Tetapi pada penentuan-penentuan umur tempayan, pengamatan tersebut di atas tidaklah dapat dianggap mutlak melainkan hanya dipakai sebagai patokan umum.

Dalam penentuan umur ini perlu diingat bahwa tempayan ini pada dasarnya merupakan wadah penyimpanan yang sekali sehingga selalu dapat dicontoh dan diulang-ulang pembuatannya sebagai barang biasa untuk keperluan rumah tangga. Oleh karena itu dalam penentuan umur tempayan, kecuali bila kita yakin sekali akan umurnya, sebaiknya disertai catatan ; “dan mungkin masih dibuat lama sesudahnya “.

Secara garis besar tempayan- tempayan diklasifikasikan dalam zaman dimana mereka pertama kali dibuat. Adapun golongan I : meliputi tempayan yang dibuat antara abad 8 sampai 10,tanpa hiasan dan kalaupun ada hanya berupa tetesan glasir-besi.Telinga berupa kaitan melintang sederhana berjumlah empat atau enam.Sering disebut sebagai tempayan Hindu-Jawa.Golongan II :tempayan dalam golongan ini mungkin untuk pertama kali dibuat antara abad 11 dan 13.Hiasannya ini berupa pita yang dicetak atau ditatah sederhana. Corak naga kecil dan sederhana mulai tampak untuk yang pertama kalinya.Hiasan telinganya berupa telinga tegak dihiasi topeng raksasa.

Golongan III : adalah tempayan yang dibuat abad 13 dan 16. Dalam golongan ini hiasan sudah lebih bagus dan lebih banyak macamnya. Hiasan yang ditatah dengan tangan dan yang dicap, demikian juga yang dicetak , mencapai taraf penggarapan yang tinggi.Dalam masa ini hiasan telinga mencapai puncaknya.Golongan IV : termasuk tempayan yang dibuat antara abad ke 16 dan 18. Hiasan disini dibuat bagus dan teliti.Pada tempayan yang tidak ada gambar naga, badannya penuh dengan bermacam-macam corak hiasan. Golongan V : dalam golongan ini termasuk tempayan-tempayan yang dibuat dalam 270 terakhir ini. Keindahan corak-corak naga mulai menghilang.Tempayan- tempayan yang paling muda dalam golongan ini hanya dihias dengan tombol dan ban.Pada masa sekarang ini tempayan-tempayan hanya dibuat semata-mata untuk keperluan rumah tangga.Ini terbukti dari kesederhanaan hiasannya

(06/196450/SA/13656)